بسم الله الرحمن الرحيم
Sabar itu tidak mudah, bahkan satu-satunya manusia yang mampu bersabar dengan sempurna hanyalah Rasulullah SAW. Sulit memang bagi kita untuk menjadi manusia yang bersabar. Jangankan kita, para sahabat Nabi SAW yang dididik langsung oleh Nabi SAW saja masih sering gagal melewati ujian yang satu ini. Ujian yang berat dan selalu datang dengan cara mendadak.
Dan bagi yang gagal melewati ujian ini pasti ada penyesalan yang menunggu.
Salah satu peristiwa besar yang dapat dijadikan pelajaran adalah ketika kekalahan kaum muslimin melawan kaum kafir Quraisy dalam perang tabuk. Ketidak-sabaran para mujahid muslim dalam menaati Rasulullah SAW agar para pasukan pemanah tetap berjaga dan tidak turun dari bukit berbuah kekalahan. Ketika kaum muslimin berada dalam keadaan unggul para pasukan pemanah terburu-buru oleh nafsu turun dari bukit untuk mengambil ghanimah karena mengira kaum muslimin telah menang. Akibatnya segerombolan pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid mengepung dari posisi yang tak terjaga yang telah ditinggalkan oleh pasukan pemanah dan menjadi kehancuran bagi pasukan kaum muslimin. Pada hari itu penyesalan nyelubungi seluruh kaum muslim akibat ketidak-sabaran yang kecil.
Dan resiko terbesar bagi peserta ujian kesabaran yang gagal adalah kehilangan Iman. Setelah hilangnya kesabaran sebagian dari kita terkadang menafikkan sifat Allah yang Maha Adil dan Bijaksana karena merasa Allah telah mempersulitnya dengan masalah yang Allah berikan. JIka sudah menganggap Allah tidak lagi adil dan bijaksana maka tentu saja manusia tersebut tidak akan lagi membutuhkan Allah. Kemungkinan besar berikutnya, hidupnya akan berantakan karena semakin tertipu oleh nafsunya dan terperdaya oleh akalnya yang sempit karena menjauh dari tuntunan Allah.
Sebagai umat Rasulullah SAW kita perlu belajar bersabar seperti halnya Rasulullah SAW yang selalu bersabar dalam melewati segala ujian hidupnya. Sejak lahir beliau tidak pernah berjumpa dengan ayahnya, lalu ketika usia beliau beranjak 6 tahun menjadi yatim piatu setelah Allah memanggil ibunya, lalu sang kakek Abdul Muthallib merawat beliau dan tidak lama kemudia sang kakek meninggal dan hingga dewasa berada dalam asuhan sang paman. Hingga beliau menikah dengan Khadijah RA dan memiliki 7 anak yang kemudian 3 putra beliau diantaranya meninggal dunia. Pun setelah menerima wahyu dan diangkat oleh Allah beliau dimusuhi oleh sesama bangsanya. Beliau dicaci maki, dituduh gila, dituduh penyihir hingga perlakuan-perlakuan yang tidak selayaknya telah menimpa beliau seperti dilempar kotoran binatang, dilempar batu hingga sandal beliau dibasahi oleh darah sepulang dari thaif, bahkan di tahun yang sama Allah memanggil 2 orang yang beliau cintai yaitu sang paman dan sang Istri tercinta. Setelah itu pun ba'da peristiwa agung Isra' wal Mi'raj pun separo kaum muslimin manjadi murtad karena menganggap gila Rasulullah SAW atas cerita Isra' Mi'rajnya.
Namun semua ujian beliau lalui dengan sabar dan setiap ujian hanyalah sebagai penambah kesabaran saja bagi beliau SAW. Bahkan karena kesabarannya Allah turunkan hidayah kepada orang kafir yang telah melempari beliau dengan kotoran binatang, dan juga seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Su'nah yang menagih hutang dengan kasar kepada beliau hingga membuat Umar RA geram pun Allah berikan hidayah karena belum pernah ia jumpai manusia yang kesabarannya melebihi Rasulullah SAW. dan masih banyak lagi kisah kesabaran Rasulullah yang sejenisnya yang menjadi asbab hidayah.
Jika mungkin kesabaran Rasulullah SAW masih sulit kita tiru, maka perlu kita ingat bahwa Allah tidak akan memberikan ujian kecuali sesuai kemampuan kita seperti yang Allah firmankan dalam ayat terakhir Surat Al Baqarah. Semakin berat ujian yang Allah berikan maka itu adalah tanda bahwa Allah sudah tidak meragukan kemampuan kita untuk bersabar melewati ujian itu, hanya saja syeitan sering menipu dan membuat kita gagal melewatinya. Dan tujuan Allah memberikan kita ujian yang berat adalah untuk melatih kita agar menjadi manusia yang semakin hebat. Seorang atlit harus selalu berlatih dan bahkan harus terus meningkatkan beban dalam latihannya agar menjadi semakin handal. Dan yang terakhir kita sama-sama tau bahwa laut yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang handal. Itu lah tujuan Allah memberikan ujian kepada kita. Agar kita semakin hebat dan handal.
Dan apabila gagal dalam ujian kesabaran maka jadikanlah diri sendiri sebagai satu-satunya pihak yang patut disalahkan, jangan salahkan syeitan apalagi Tuhan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar