بسم الله الرحمن الرحيم
Di saat kita belajar ini dan itu kita hanya bisa
belajar setengah-setengah, sebenarnya kita rakus akan ilmu agar kita lebih pintar dari
orang-orang di sekitar kita tapi kapasitas otak kita tidak mengijinkan kita rakus
pengetahuan, di situ kita harus merasa bodoh dan akan selalu bodoh.
Di saat membuka baut yang kecil saja kita butuh kunci pas, untuk
menempuh perjalanan jauh kita butuh kendaraan dan banyak pekerjaan lain yang
tidak mampu kita tuntaskan jika hanya mengandalkan otot tanpa akal, di situ kita
merasa lemah dan akan selalu lemah.
Di saat kita jijik melihat kotoran ayam, ternyata kita lebih
jijik melihat kotoran manusia, dan ternyata sekujur tubuh kita ini terdiri dari
lubang-lubang yang semuanya selalu mengeluarkan kotoran, di situ kita harus merasa
kotor dan akan selalu kotor.
Terkadang
kita merasa senang, terkadang marah, terkadang sedih, terkadang dengki. Entah
mengapa padahal sebenarnya kita hanya ingin selalu merasa senang sesuai
keinginan hasrat dan naluri alami kita, tapi itu tak mungkin, karena jika kita
terus mengikuti kesenangan maka kita akan berakhir menyedihkan. itu berarti kita
juga tidak terlalu butuh kesenangan.
Di situ kita harus sadar bahwa kita egois dan emosional.
Dan akhirnya kita sadar teman-teman kita yang selalu setia menemani
di akhir pekan pun tak bisa kita beli dengan uang, kalaupun mereka dan orang
tua kita meninggal, uang tidak bisa menghidupkan mereka.
di situ kita merasa miskin dan akan selalu miskin.
Ternyata barulah kita
sadar bahwa kita ini adalah makhluk yang bodoh, lemah, kotor, emosional, dan
miskin. Kita butuh sosok yang sempurna yang mampu menenangkan fikiran kita,
yang mampu menutupi segala kekurangan kita. Ia adalah Allah Azza Wa Jalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar